Rabu, 24 Februari 2016

Kata-kata Bijak Para Bapa Padang Gurun [Kata Pengantar]

Cover depan
Cover belakang


Kata Pengantar
(Oleh Suster Trappistine Gedono)

Kata-kata bijak para Bapa Padang Gurun, selama berabad-abad telah menjadi ilham bagi orang-orang Kristiani yang berusaha untuk menghayati semangat Injil secara penuh.
     Kumpulan kata bijak para Bapa Padang Gurun ini berasal dari permulaan kehidupan monastik Kristiani. Pada abad ke IV, Mesir, Syria, Palestina dan Arabia merupakan ajang para rahib yang ingin menghayati iman Kristiani secara radikal serta mengikuti pesan St. Paulus: "Berdoalah tanpa henti-hentinya." Yang menjadi pusat terbesar gerakan mereka ialah Mesir: ribuan orang lari ke situ untuk menjalankan hidup pertapa.
     Kata-kata bijak para Bapa ini merupakan buah pengalaman manusia yang telah dibentuk oleh kesunyian. Kata-kata dan cerita-cerita mereka dimaksudkan sebagai jawaban sederhana kepada pertanyaan yang sederhana, biasanya dari seorang calon baru kepada seorang Bapa yang berpengalaman. Mereka datang ke padang gurun mencari keselamatan dan meminta kepada para penatua sebuah "sabda" yang cocok bagi mereka, yang dapat membantu mereka untuk menemukan keselamatan itu.
     Para Bapa Padang Gurun adalah orang-orang Kristiani yang telah menerima tantangan dari Sabda Kitab Suci dengan kesungguhan hati dan ingin menjawabnya dengan seluruh dirinya, tanpa kompromi. Mereka membangun seluruh hidupnya atas dasar Sabda Kitab Suci dan sekaligus atas dasar kilasan keabadian yang terpancar dalam pandangan, tingkah laku, atau seluruh kepribadian dari seorang Penatua.
     Kita belajar banyak dari integritas hidup mereka, dari keberanian mereka yang tak kunjung putus, dari visi mereka akan Allah, yang begitu kudus, begitu agung, yang dikuasai oleh kasih yang begitu besar yang hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang memberikan seluruh hidupnya untuk mencari-Nya.
     Mereka itu telah mencapai tingkat kerendahan hati yang bukan berasal dari hasil usaha manusia belaka, tetapi berakar dari pengalaman dicintai Allah, yang membuat mereka sadar akan kekecilan sendiri. Mereka itu juga pendiam, sangat peka dan mempunyai pengetahuan mendalam akan kodrat manusia. Mereka bisa dikatakan para ahli psikologi pertama yang menyelidiki kedalaman hati sendiri. Pemahaman mereka mengenai hal-hal ilahi, menyadarkan mereka bahwa betapa pun mereka tahu, mereka hanya tahu sedikit mengenai Allah. Karena itu mereka tidak suka berbicara panjang lebar tentang Allah atau makna Kitab Suci. Itu dinilai sebagai kesombongan. Dari pada berkhotbah mereka suka berkata dengan singkat dan sering juga dengan humor. Mereka tahu bahwa jika seseorang dekat dengan kediaman Allah, maka keheningan lebih berarti daripada banyaknya kata-kata.
     Hidup macam apakah yang dihayati para Bapa Padang Gurun itu? Para rahib hidup di pondok sendiri-sendiri dalam kesunyian, dalam kemiskinan dan laku tapa. Karena mereka berusaha untuk berdoa terus, maka mereka menghafalkan mazmur-mazmur dan mendaraskannya sambil membuat kerja tangan yang sederhana. Karena hidup mereka sederhana dan banyak berpuasa, kebutuhan hidupnya pun tidak banyak. Cukuplah mencari nafkah dengan membuat keranjang dari daun alang-alang untuk dijual di pasar. Para eremit ini biasanya berkumpul untuk 'sinasi', sinaksis, yaitu perayaan Ekaristi bersama-sama setiap Sabtu-Minggu. Masing-masing punya kebiasaan sendiri untuk doa dan puasa. Mereka itu adalah para askit yang bersikap keras terhadap diri sendiri, namun sangat manusiawi dan berbelaskasih, tidak hanya terhadap kebutuhan orang lain tetapi juga terhadap kerapuhan dan dosa-dosa manusia. Seorang rahib atau eremit yang sudah teruji, yang selama bertahun-tahun tinggal di Padang Gurun dan terbukti pantas disebut sebagai abdi Allah, diberi sebutan "Abba", yaitu "Bapa". Para bapa, atau penatua ini, biasanya hidup sendirian tetapi berdekatan dengan para "Saudara" atau "Novis", yang datang pada mereka untuk belajar menjadi rahib.

    Kumpulan kata bijak yang kami sajikan dalam buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Thomas Merton dalam bukunya "The Wisdom of the Desert." Kebanyakan diambil dari para Bapa yang berada di Padang Gurun Nitria dan Skete. Di Nitria, di sebelah barat delta Nil, dekat Aleksandria dan di Skete, sekitar 40 mil sebelah selatan Nitria. Nama para Bapa yang terkenal yang ada di sana antara lain: Abba Musa, Pambo, Abraham, Sisois, Yohanes dan Makarius.

     Setiap kata perlu dibaca demi hikmatnya sendiri. Kalau dibandingkan dengan yang lain, mungkin bisa dirasakan adanya kontradiksi. Mereka tidak sedang menyusun sintesi logika yang menyeluruh. Setiap perikop hanya dapat dimengerti dalam situasi konkrit dengan makna tersendiri. Kebijaksanaan tidak ditulis sebagai peraturan hitam diatas putih melainkan dalam semua warna yang ditemukan dalam pengalaman manusia mengenai dirinya sendiri dan Misteri Allah.
    Mungkin kita bisa merasa agak asing dengan gerakan yang meninggalkan hidup ramai di dunia untuk hidup di hadapan Allah dalam kesunyian total. Memang Gereja belajar dari pengalaman mereka bahwa lebih baik mengikuti Yesus di dalam sebuah komunitas dalam kasih persaudaraan dari pada dalam perjuangan hebat sendirian. Di padang gurun Mesir juga lahir komunitas senobit dan peraturan komunitas religius pertama yang didirikan oleh Pakomius. Tetapi sudah sejak pengalaman hidup eremit para Bapa ini, dinyatakan bahwa hidup dalam Kristus selalu ditransmisikan dari Bapa rohani ke murid, dari Ibu rohani ke anak. Sebab tak seorang pun dapat menyelamatkan diri sendiri.
    Mutiara-mutiara para bapa ini adalah bagian dari harta kebijaksanaan Gereja yang tak terukur harganya bagi siapa pun yang ingin mencari pengalaman akan Allah dalam Yesus dengan hati tulus. Kita mau belajar bahwa Allah sungguh ada dan cinta kasih-Nya tanpa batas. Maka kita pun mau memberi diri kepada-Nya tanpa batas, tanpa hitung-hitung, dalam cara sederhana yang disediakan bagi kita dalam hidup sehari-hari.
     Marilah kita minta dari para leluhur rohani kita ini, sebuah sabda yang khusus bagi kita, yang menerangi jalan kita kepada Tuhan.

Gedono, 10 Agustus 2006

Peta Pertapa Mesir Abad ke IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar