Sabtu, 14 Mei 2016

Puri Batin [Ruangan Pertama, Bab 1, Pasal 2-3]

PURI BATIN
Teresa de Jesus

RUANGAN PERTAMA
BAB I


   2. Sayang dan memalukan bahwa karena kesalahan sendiri kita tidak dapat mengerti dan tidak mengenal siapa kita. Putri-putriku, bila seseorang ditanyakan identitasnya tapi tidak mengetahuinya dan tidak tahu siapa ayah dan ibunya atau tanah airnya, bukankah orang itu membuktikan kepicikannya? Pasti bodoh sekali. Maka alangkah besar kebodohan kita kalau kita tidak berusaha untuk mengetahui identitas kita sendiri dan hanya terbatas pada tubuh saja. Kita sepintas lalu mengetahui bahwa kita mempunyai jiwa karena pernah mendengarnya dan karena hal itu diajarkan oleh iman. Akan tetapi, kekayaan yang dapat dimiliki jiwa itu, siapa yang mendiaminya, betapa berharganya, jarang-jarang saja kita ingat. Karena itu kita tidak terlalu memelihara keindahannya. Sebaliknya, kulit intan itu ataupun dinding luar puri tadi, yakni tubuh kita, menuntut seluruh perhatian kita (4).
   3. Seperti telah kukatakan, jiwa dapat kita bayangkan sebagai suatu puri yang memiliki banyak ruangan, sebagian terdapat di tingkat atas, sebagian di bawah, sebagian di sepanjang sisi kiri kanannya. Di pusatnya, di tengah-tengah ruangan lainnya, terdapat ruang utamanya, di mana terjadi hubungan yang paling mesra antara Tuhan dan jiwa kita. Untuk dapat memahami perbandingan ini hati anda harus terbuka.
   Barangkali melalui alat perbandingan ini Tuhan mau menjelaskan beberapa anugerah yang diberikannya kepada jiwa serta perbedaan anugerah-anugerah itu, sejauh yang dapat saya mengerti. Sebab jumlah anugerah itu begitu besar sehingga tak seorang pun dapat memahami semuanya itu, apalagi aku orang sehina ini. Andaikata Tuhan memberikan anugerah itu kepada anda, maka kesadaran bahwa hal yang demikian ini tidak mustahil, dapat meneguhkan anda. Andaikata tidak, anda akan memuji kemahabaikanNya. Sebab, sebagaimana memandang hal-hal surgawi seperti dinikmati mereka yang sudah ada di surga tidak merugikan kita melainkan malah menggembirakan, maka demikian pula jika kita berusaha mencapai hal yang sudah dinikmati mereka tidak akan merugikan, kalau kita menyadari bahwa Tuhan yang Maha Agung itu dapat memberikannya kepada cacing-cacing tanah yang berbau busuk di dunia ini; pun tidak akan merugikan kita kalau mencintai yang Mahabaik dan Maharahim itu.
   Saya merasa pasti bahwa barangsiapa merasa tersinggung karena mendengar adanya kemungkinan bahwa Tuhan menganugerahkan kurnia itu di dunia ini, orang itu terlalu kurang memiliki kerendahan hati dan cinta terhadap sesama. Kalau tidak, mengapa kita tidak bergembira karena Tuhan menganugerahkan kurnia itu kepada salah seorang saudara kita, karena Dia pun bebas untuk menganugerahkannya kepada kita? Mengapa tidak bersukacita karena Sri Baginda menyatakan keagunganNya entah kepada siapa saja? Sebab kadang-kadang Dia berbuat demikian hanya untuk menunjukkan keagunganNya, seperti dikatakanNya tentang orang buta yang dicelikkan matanya itu. Para Rasul lalu bertanya apakah orang ini buta karena dosanya sendiri ataukah karena dosa orang tuanya (5).
   Dapat terjadi bahwa orang yang diberi kurnia itu tidak lebih suci dari orang-orang yang tidak diberi anugerah itu. Tuhan hanya menghendaki supaya kita mengenal keagunganNya, seperti Rasul Paulus dan Santa Magdalena, agar kita memuji Dia dalam makhluk-makhlukNya.

-----
(Hak Cipta Biara Karmel - Lembang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar