Martha E. Driscoll, OCSO
Kata Pengantar
Ketika saya diminta mensharingkan pengalaman akan Ibadat Harian kepada para Frater Diosesan di Seminari Tinggi Kentungan, pengalaman akan Ibadat Harian, saya bertanya diri harus bicara apa? Tangan saya kosong. Saya masih belum bisa berdoa, belum bisa menghayati ibadat harian dengan betul, meskipun Ekaristi dan Ibadat adalah pusat hidup saya - 3 jam sehari.
Karena itu undangan untuk memberi latihan dan inspirasi kepada para Frater itu saya terima sebagai petunjuk Tuhan bagi saya dan komunitas Gedono untuk lebih memperdalam Ibadat Harian itu sendiri.
Seringkali orang mengatakan bahwa, sulit untuk akrab dengan ibadat. Yang lain lagi mengatakan bahwa mereka terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk ofisi. Kemudian mendoakan ibadat, kadang menjadi rutin, kering, tak menyenangkan. Lebih-lebih ada masalah distraksi, pikiran yang berlari-lari, kurang bisa konsentrasi. Kalau ibadat didoakan bersama lebih baik, tetapi lalu muncul macam-macam gangguan karena selera yang berbeda-beda, irama yang terlalu cepat, terlalu lamban, kurang memuaskan. Maka ada pertanyaan: “Bagaimana menjadi akrab dengan Ibadat Harian?”
Saya punya kesan bahwa mungkin saya diminta memberi metode yang dapat menjamin adanya pengalaman enak untuk menghayati Ibadat Harian - baik yang didoakan bersama maupun sendirian - secara instan. Kalau itu yang diharapkan, saya tidak dapat memenuhinya. Saya tidak mampu untuk itu. Tetapi saya dapat mensharingkan, memberi sedikit renungan, juga beberapa petunjuk praktis, dan mungkin dapat membangkitkan pertanyaan dan kerinduan. Komunitas Gedono ikut menyiapkan presentasi ini melalui refleksi dan diskusi seluruh komunitas.
------------
(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar