PURI BATIN
Teresa de Jesus
PRAKATA
St. Teresa de Jesus atau Teresa de Avila, adalah seorang mistik yang terkenal. Bukan saja di kalangan umat Katolik, melainkan tulisan-tulisannya juga dibaca oleh mereka yang beragama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, Yogi. Pernah seorang guru Raja Yogi menemui saya, dan ternyata ia sudah membaca semua karya tulis dari Teresa. Memang, untuk mengerti ajarannya sudah teralih dalam bahasa Indonesia.
Mengapa dalam buku ini, Teresa menggunakan gambaran sebuah PURI sebagai lambang jiwa? Beberapa unsur yang mempengaruhi dia:
1. Teresa lahir di Avila, kota para ksatria yang seluruhnya dikelilingi sebuah benteng yang kokoh kuat, seperti dapat anda lihat pada gambar cover; seluruh kota Avila (lama) nampaknya bagaikan satu puri raksasa yang megah, yang tak mungkin tidak menarik perhatian setiap orang yang datang ke sana.
2. Di seluruh Spanyol terdapat banyak puri-puri yang indah dan dahsyat. Di kota Avila pun masih ada puri-puri milik kaum bangsawan. Mungkin masih ada kaitannya dengan Teresa?
Bedanya puri-puri di Spanyol dari pada yang ada di Eropa Barat, ialah di Spanyol kebanyakan dibangun di atas bukit/padas yang tinggi, sehingga tidak perlu dibuat parit yang dalam di sekelilingnya seperti di Eropa Barat itu. Karena lokasinya yang tinggi, bila ada musuh datang, cepat terlihat dan mudah ditembaki, jika berani mendekat, dari atas dapat digulingkan batu-batu besar untuk menghancurkannya.
3. Puri-puri itu merupakan bangunan-bangunan yang paling indah dan berharga, maka Teresa membandingkan jiwa manusia dengan sebuah puri yang terbuat dari hablur/kristal, yaitu bahan yang sangat mahal.
4. Teresa hidup dari tahun 1515-1582, sementara Spanyol mengalami masa kejayaannya. Raja memiliki kuasa yang sangat besar dalam kenegaraan maupun dalam bidang agama. Maka Raja dipakainya sebagai lambang Tuhan, Raja di Raja, yang maha kuasa, maha kaya. Teresa menggunakan sapaan Sri Baginda bagi Tuhan.
5. Teresa mempunyai relasi pribadi dengan raja Spanyol, Philip II. Tetapi juga ia sering diminta datang ke puri-puri milik putri-putri raja, yang membutuhkan hiburannya. Sehingga ia cukup akrab dengan suasana di istana, puri-puri kediaman mereka, cara-cara penjagaannya, bahaya-bahayanya dan cara-cara mengatasinya.
Sekedar untuk mempermudah mengikuti perjalanan melalui ruangan-ruangan dalam puri itu, dapat anda bayangkan sebuah bangunan yang sedikit mirip candi Borobudur. Dengan perbedaan, bahwa Borobudur hanya mempunyai emper, sedangkan sebuah puri mempunyai banyak sekali ruangan. Gedungnya bertingkat-tingkat sampai pada menara-menara yang amat tinggi. Ruangan raja, adalah yang terpenting, terindah, teraman, biasanya di tengah-tengah. Itu adalah pusat seluruh bangunan. Untuk keamanan ditempatkan banyak sekali pos penjagaan, terlebih di bagian luar. Pada umumnya untuk mencapai ruang raja tersebut, orang harus melalui ruangan-ruangan lain yang mengelilinginya.
Teresa membandingkan jiwa dengan puri yang "berlantai" 7. Tiap "lantai" atau ruang itu mempunyai banyak ruangan-ruangan lagi. Sedang di ruang ketujuh itulah Raja bersemayam, jadi di lubuk jiwa kita yang terdalam. Bila orang sampai ke situ, amanlah ia, bebas dari segala bahaya, berbahagia menikmati kehadiran Raja berhadapan muka.
Puri Batin diselesaikan di biara yang pertama didirikan Teresa, biara San Jose di Avila. Ia mulai menulis pada Pesta Tritunggal 1577 di Karmel, Toledo. Ketika memulainya, ia sangat enggan dan merasa berat sekali. Sementara mengerjakannya, ia mengalami tangannya "dikemudikan" oleh Roh Kudus, sehingga berjalan dengan amat lancar. Selesai 29 Nopember 1577, jadi memakan waktu 6 bulan saja! Padahal karya ini oleh para ahli dinilai sebagai karya mistika yang top.
Untuk menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia menelan amat banyak waktu. Sebenarnya sudah selesai tahun 1982. Namun sulit sekali mendapatkan orang untuk "mengedit"nya. Maka tertunda sampai 10 tahun, Puji Tuhan, karena akhirnya dapat dicetak tahun 1992 ini. Semoga bermanfaat bagi banyak orang.
Semua saran dan koreksi akan diterima dengan hati terbuka.
Terima kasih banyak,
(Sr. Marie Terese, OCD)
Lembang, 12 April 1992
-----
(Hak Cipta Biara Karmel - Lembang)