Minggu, 18 Desember 2022

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 8]


Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 8: Penutup


Dengan membagikan pengalaman-pengalaman penghayatan liturgi Ibadat Harian, kami berharap akan semakin tumbuh subur di kalangan umat, kesadaran dan kebutuhan, serta kerinduan, sebagai anggota Tubuh Kristus, untuk mengambil bagian dalam tugas imamat-Nya, dengan mendoakan Ibadat Harian bersama sebagai doa gereja. Doa yang dipanjatkan atas nama Gereja dan demi umat manusia, yang menjadikan hati kita semakin luas, semakin mirip dengan Yesus, Pendoa sejati, yang berdoa di dalam diri kita.
------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 7]

    

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 7: Untuk Ibadat Harian yang didoakan sendirian


- Memilih tempat dan jam yang selalu sama kalau hal itu mungkin. Di gereja atau di tempat lain di mana tidak akan diganggu oleh telepon, tamu, tv atau lain-lain. 

- Mendaraskan seluruh ibadat dengan suara. Itulah kebiasaan kuno. Sangat membantu karena kalau teks hanya dibaca dalam hati, mata kita berlari-lari dan baik otak maupun hati tidak ikut. Kalau dibaca dengan suara lebih lamban akan lebih dirasakan sebagai makanan. Kata-kata dijiwai dengan suara yang menekankan artinya.

-  Kalau bisa, bagus juga kalau mazmur dinyanyikan - dengan nada ciptaan sendiri.

- Ada baiknya memakai terjemahan yang berbeda atau bahasa lain kadang-kadang agar arti kata-kata lebih masuk.

- Untuk ibadat yang dirayakan sendiri, para suster Gedono mengusulkan bahwa satu hal yang sangat membantu adalah menyadari bahwa kita tidak sendirian. Kita bisa menyatukan diri dengan Gereja di seluruh dunia yang sedang merayakan ibadat pada saat itu. Kalau masih harus mendoakan Ibadat Pagi dan sudah jam 12:00 siang, doakanlah dengan Gereja di Eropa di mana matahari baru terbit. Melalui ibadat harian, gereja mewujudkan perintah Tuhan untuk berdoa senantiasa. Kita tidak pernah berdoa sendirian. Kita masuk dalam doa Gereja universal. Agar kenyataan itu dikonkretkan, ingatlah bahwa ada komunitas yang selalu berdoa bagimu dan bersamamu di Gedono dan semua biara kontemplatif. Satukanlah dirimu dengan kami semua.
------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Jumat, 02 Desember 2022

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 6]

   

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 6: Beberapa Petunjuk

Ingatlah bahwa ibadat bukan sesuatu untuk dibuat melainkan suatu rahmat untuk diterima. Kita masuk ke dalam sesuatu yang lebih besar dari diri kita.

Sediakan waktu secukupnya.

Janganlah terburu-buru untuk mulai. Hal ini juga berlaku kalau ibadat akan didoakan bersama. Datanglah sedikit sebelum waktunya untuk menyadari apa yang mau dibuat. Perlu menyadari bahwa saya mau menempatkan diri dalam kehadiran Bapa yang mencintai saya, yang menunggu saat ini untuk bertemu dengan saya. Dalam keheningan pandanglah Dia yang selalu sedang memandang saya. Biarkanlah Bapa melihat dirimu. Biarlah orang lain melihat dirimu. Pada saat ibadat semua peranan dan topeng kita bisa jatuh. Kita semua sama di hadapan Allah, telanjang. Biasanya kita lebih merasakan keadaan hati kita. Maka sebelum mulai ada baiknya masuk dalam hati, biarkan otak berhenti bekerja, sadarilah keadaanmu: sedang tegang, cemas, jengkel, malu dengan diri sendiri, bosan, senang, kurang pantas... ? Pada saat ibadat kita masuk dalam waktu Allah, dalam keabadian. Kita membawa aspirasi dan kesusahan pada-Nya. Kembali kepada yang pokok: di harapan yang abadi, kesusahan kita bisa dilihat dengan lebih kreatif.

Banyak orang membuka Kitab Suci dengan mata tertutup untuk mencari Sabda dari Tuhan yang khusus baginya pada saat itu. Agak bersifat sihir... lebih kokoh menyadari bahwa Gereja telah menyediakan Sabda yang khusus bagi saya, yang justru saya perlukan, di dalam ibadat harian sama seperti dalam bacaan dan doa misa. Kita perlu membuka diri pada Sabda yang mau disampaikan pada kita masing-masing saat ini oleh ibadat. Carilah kata-kata yang mengungkapkan diri saya, kebutuhan atau harapan saya, kebutuhan dunia yang sedang saya bawa dalam hati. Dengarkanlah untuk dapat menangkap pesan yang mau diberikan Tuhan.

Kedua petunjuk terakhir memberi cahaya bagi orang yang merasa mazmur-mazmur yang ditetapkan belum tentu pas untuk suasana hati mereka hari itu. Tetapi mungkin justru jauh lebih cocok daripada yang bisa dipikirkan! Kalau saya baru kecewa dan harus menyanyikan ibadat pujian, maka saya belajar keluar dari diri saya sendiri, ingat bahwa saya bukan pusat dunia, bahwa apa saja perasaan saya, Allah tetap Allah dan selalu pantas dipuji. Kalau sedang bergembira karena kejadian bagus dan mazmur keluhan yang harus dinyanyikan, saya dibawa lagi ke luar dari diri sendiri untuk bersatu dengan jutaan orang yang sedang susah. Doa saya diperluaskan, hati saya dibesarkan, saya diikutsertakan dalam doa Kristus yang jauh lebih dalam dan universal dari pada perasaan saya yang sempit.

Para tamu kami sangat tertarik dengan doa mazmur sejak ada krisis negara tahun-tahun terakhir ini. Mereka menemukan dalam mazmur semua emosi, kekhawatiran, ketakutan, permohonan dan kepercayaan dalam situasi sesak dan bahaya yang ada di negeri kita dan sekarang di seluruh dunia. Mazmur-mazmur adalah doa umat yang dalam kesusahan, takut, miskin dan tertindas. Kecemasan yang terdalam menemukan ungkapan di dalam seruan mazmur dan diarahkan kepada harapan yang tak bisa digoncangkan oleh apa saja. Misalnya Mz 45: “Allah itu perlindungan dan kekuatan kita, pertolongan-Nya terbukti dalam kesesakan kita. Maka kita tidak akan takut, sekalipun bumi bergetar, sekalipun gunung-gemunung tenggelam ke dasar laut; sekalipun gelora
lautan berbuih mengamuk, sekalipun gunung-gemunung dihempas ombak.”

● Pada kesempatan khusus, mazmur yang cocok untuk saatnya bisa dipilih dengan agak bebas, menurut kebutuhan pastoral umat. Maka perlu mengenal tema-tema mazmur !
● Ayat pembukaan adalah permohonan bantuan Tuhan untuk mampu mendoakan ibadat. Tanpa bantuan Roh Kudus kita tidak akan hadir.
● Di komunitas kami, petugas mingguan agak rajin menyusun doa-doa permohonan baru setiap hari, menurut situasi dunia dan kebutuhan masyarakat. Kalau hanya dibacakan terus yang sama dari brevier mungkin menjadi rutin. Lalu selalu ada kesempatan untuk doa spontan dari siapa saja. Hal itu membuat ibadat lebih hidup dan aktual.
● Buku mazmur dari Gedono bisa dipakai. Ayat-ayat dibagikan menurut arti mazmur dan siap untuk nada bagi 4-5 ayat dari pada hanya untuk 2 ayat. Kami menyediakan skema Ibadat Harian Romawi sehingga mazmur dan kidung bisa dicari dan didoakan dari buku itu. Untuk setiap mazmur ada ayat dari Perjanjian Baru dengan teman yang sama dan sebuah doa singkat yang bisa dipakai sesudah mazmur. Nada-nada kami juga disediakan dengan daftar nada yang cocok untuk setiap mazmur.
------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 5]

  

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 5: Penghayatan Praktis

Doa Ibadat perlu persiapan, khususnya kalau akan dirayakan bersama. Penting bahwa para frater / imam / religius / awam bersemangat menyiapkan dan merayakannya agar nanti mampu menggerakkan dan menjiwai ibadat yang dirayakan entah Ibadat Pagi, Siang, Sore atau Ibadat Penutup.

Ibadat harian akan lebih menyenangkan kalau dinyanyikan - dengan atau tanpa iringan. Karena musik adalah pengungkap Sabda, sebab itu perlulah bahwa musik menekankan arti dan menjiwai kata-kata yang dilagukannya. Agar Ibadat berlangsung dengan baik, perlu diadakan latihan sebelumnya. Latihan adalah askesis tetapi juga saat membangun kesatuan dan menimbulkan semangat.

Bila mendaraskan / menyanyikan mazmur, perlu irama yang stabil, tidak cepat dan tidak lambat, yang dapat menciptakan suasana tenang. Suasana itu dibantu kalau sesudah setiap mazmur, ada saat hening sebentar, untuk mengendapkan kata-kata yang baru diucapkan. Bisa juga ada mazmur yang dibacakan solis atau 2-3 solis. Variasi dalam hal ini juga baik. Kalau dibacakan harus dijiwai dan disiapkan sebagai doa sendiri agar apa yang dibacakan masuk dalam akal dan hati orang lain. Sama seperti kami menyiapkan bacaan yang akan dibacakan di misa atau di ibadat. Petugas baca punya tugas imamat. Sabda yang akan diwartakan harus menjadi milik sendiri dulu. Untuk itu mazmur atau bacaan dibaca dan didoakan pelan-pelan dengan suara untuk merasakan kata-kata dalam mulut, sambil melihat dan mendengarkannya. Ada baiknya petugas sebagai persiapan, menulis teks itu dengan membagikan baris per baris menurut arti, dalam setiap alinea.
------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Minggu, 06 November 2022

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 4]

 

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 4: Mendekati Mazmur Melalui Lectio (Mazmur 62)

Berdoa dengan teks-teks mazmur-mazmur memang sulit. Buktinya ada jumlah besar buku pengantar dan komentar. Perlu memberi waktu untuk belajar berdoa sehingga mazmur menjadi pertemuan pribadi dengan Allah. Studi serius dan tekun mutlak perlu tetapi itu hanya merupakan kerja persiapan. Salah satu cara yang terbaik untuk belajar menikmati sebuah mazmur adalah lectio. Ambillah satu mazmur sebagai bahan doa pribadi. Daraskan pelan-pelan dengan memakai suara kalau bisa, mulut sekurang-kurangnya, membiarkan kata-kata masuk, mengena. Pilihlah satu ayat dan ulang-ulangilah sampai hafal. Ingatlah ayat itu sepanjang hari. Tandailah ayat dalam buku mazmur. Ayat yang dicintai dan didoakan secara khusus akan menjadi terang yang menerangi seluruh mazmur dan mengantar masuk ke dalam artinya. Carilah komentar dalam sebuah buku tentang mazmur itu, ini juga akan membantu. Makin kita mengerti arti harafiah dari mazmur, makin kita bisa memakainya sebagai doa sendiri, ungkapan pengalaman kita sendiri.

Mazmur 62 mengungkapkan haus dan lapar jiwa dan raga kita, kebutuhan mutlak akan Allah. Seluruh diri kita merasa kebutuhan itu dan terlibat dalam doa : jiwa, badan, mata, hati, tangan, bibir, mulut. Yang paling menarik adalah santapan lezat yang akan mengenyangkan - terjemahan yang lebih literal : Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan. Semuanya dalam konteks liturgi Perjanjian Lama di mana dalam perayaan korban syukur lembu yang disembelih dan dipersembahkan lalu dimakan bersama sebagai tanda kesatuan. Ada bagian tertentu bagi imam dan bagian untuk yang mengadakan korban dan bagian untuk umat, untuk kaum miskin. Hanya bagian lemak - yang paling lezat - disisihkan untuk Allah sendiri. Maka dibakar - tidak boleh dimakan oleh manusia siapa pun. Akan tetapi dalam mazmur 62 itulah bagian yang akan dinikmati - ramalan tentang Ekaristi di mana kita makan Tuhan Yesus sendiri - perjamuan paling lezat.

Tuhan juga telah menghidangkan santapan lezat dalam ibadat harian dan setiap mazmur penuh dengan nikmat rohani. Akan tetapi kalau orang sakit, dia tidak punya nafsu makan. Malahan makin disediakan baginya makanan yang penuh lemak, makin dia merasa mual. Mungkin itulah situasi kita terhadap ibadat harian. Karena kita belum begitu spiritual, belum terarah kepada Allah, masih mencari nikmat material, egoistis ... maka sering bosan dan mual terhadap hidangan ilahi. Maka kita tak dapat mempersalahkan mazmur melainkan menerima dengan rendah hati bahwa kita belum tahu menghargai yang sangat bermutu - atau hanya kadang-kadang. Maka kita harus bertekun minum dan makan dari meja Tuhan untuk menjadi makin kuat, makin pekan, makin mampu menikmatinya.

Kita harus belajar makan kata-kata, memakai indera kita secara baru, menemukan indera hati/batin. Kita terlalu rasional: kata-kata untuk pikir di otak. Tetapi Sabda ilahi adalah hidup dan perlu dikunyah, diputarkan di atas lidah, dirasakan konsistensinya, ditelan dan dicernakan. Mazmur adalah puisi yang penuh lambang, simbol dan analogi yang sangat konkrit. Perlu daya imajinasi lebih dari pada daya logis, memakai otak kanan yang terlalu sedikit dipakai. Menu yang disediakan memang cocok untuk semua selera dan penyakit, semua kebutuhan dan keadaan hati. Bersahabat dengan mazmur-mazmur berarti mempunyai suatu gudang teman yang punya kata-kata yang tepat bagi saya dalam semua situasi hidup saya.

------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 3]

 

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 3: Bagaimana Membangun Relasi Pribadi dengan Kristus Melalui Doa Mazmur?

Bertemu dengan Kristus berarti bertemu dengan sumber kehidupan. Yesus berdoa melalui mazmur-mazmur yang diilhami oleh Roh Kudus sebelum Ia lahir. Di dalam mazmur, Yesus menemukan ungkapan hati-Nya. Melalui mazmur, Yesus merangkul semua perasaan dan kesusahan, semua harapan dan ketakutan, semua niat, permohonan dan syukur yang ada di dalam hati manusia dan menyampaikannya kepada Bapa. Kita pun dipanggil untuk menemukan inti hati Yesus, inspirasi Roh di dalam mazmur-mazmur dan kidung-kidung sampai merasa bahwa doa-doa itu disusun oleh diri kita sendiri. Mazmur-mazmur membentuk pikiran dan perasaan kita, menjadi serupa dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Mazmur-mazmur merupakan sekolah kepercayaan, pengharapan, penyerahan dan persembahan diri, kesadaran diri sebagai ciptaan, takwa, ketergantungan. Yaitu mengajar kita relasi yang benar dengan Allah. Kita hanya bisa belajar berdoa dari Yesus: mohon ampun, bersyukur atas keselamatan, memuji Allah dan karya-Nya (ciptaan, wahyu, penebusan, keselamatan), bersembah sujud di hadapan kemuliaan-Nya, mohon kebaikan dan belas kasihan-Nya, bagi sesama. Gereja seluruh dunia, mohon Roh Kasih agar kita dapat menyampaikan kabar gembira pada orang lain dengan seluruh hidup kita.

Hal itu tidak mudah. Tidak Instan. Tidak pernah tercapai seluruhnya. Perlu kesabaran, kesusahan, ketekunan, kerendahan hati. Khususnya perlu kerinduan besar yang memberi daya untuk bertahan dalam usaha yang tidak selalu menyenangkan, yang sering dirasa berat, kering, tanpa arti. Kerinduan akan Allah, kerinduan mengenal dia dan berelasi secara intim dan dalam dengan Dia. Kerinduan akan keselamatan, agar semua orang mengenal Dia dan Kasih-Nya. Kerinduan akan Kebenaran-Nya dan Keindahan-Nya. Hanya Kerinduan akan hidup abadi yang bisa memberi arti kepada hidup di dunia ini. Kerinduan yang adalah Roh Kudus sendiri yang berkobar-kobar di dalam hati kita dan menjadi penggerak kita.

Kita berdoa karena kita butuh. Kita tergantung melulu pada Allah tetapi karena kedosaan kita tidak sadar, lupa, merasa autonom. Doa adalah perjuangan dengan semua godaan yang mau menjadikan kita malas, bosan, terganggu... memilih keenakan diri sendiri dari pada relasi dengan Allah yang Maha Kudus. Kalau perlu istirahat, kita tidur. Kalau perlu rekreasi, silahkan. Tetapi doa adalah seperti makan - mau tidak mau, perlu, lezat tidak lezat, perlu. Tanpa makan dan minum kita tak dapat hidup. Demikianlah tanpa doa, kita mati!

------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)

Spiritualitas Penghayatan Ibadat Harian [Bab 2]

Martha E. Driscoll, OCSO

Bab 2: Ibadat Harian dan Ekaristi

Doa berarti menyatukan diri dengan korban Kristus - Ekaristi. Hanya dalam Dia, kita mampu mempersembahkan diri pada Bapa, mengabdi pada Allah dengan seluruh hidup kita, membiarkan diri kita diciptakan baru, bisa dipersatukan di dalam diri kita sendiri. 

Semua liturgi Gereja adalah partisipasi pada Paskah Yesus yang hadir dan terlaksana hari ini. Ekaristi adalah lebih dari suatu perjamuan. Liturgi berdasarkan kesengsaraan seorang manusia yang dengan “Aku” manusiawi-Nya masuk ke dalam misteri Allah. Dia adalah Putera. Dia menghayati apa yang kita semua diundang menghayati bersama Dia. Dia mati bagi kita dan kita yang diwakili di dalam kematian-Nya di salib, berpartisipasi dalam Paskah-Nya melalui liturgi. Perayaan liturgi bukan hanya suatu ritus melainkan transformasi kehidupan kita sampai kita serupa dengan Allah. Persembahan saya dan persembahan Kristus terjadi pada saat yang sama. 

Ekaristi - sumber dan puncak dari hidup kristiani - terarah pada hidup sehari-hari, kepada saya dalam hidup pribadi saya, agar tubuh kita - yaitu hidup kita di dunia ini - menjadi korban hidup dalam komunio dengan korban Kristus (Rm 12.1). Tuhan telah mendahului kita, telah membuat bagian kita, telah membuka jalan yang kita tidak mampu membukanya. Dia telah menjadi jembatan. Sekarang kita harus membiarkan diri diserap dalam Dia yang hidup bagi yang lain, membiarkan diri dirangkul oleh tangan-Nya yang terentang, yang membawa kita kepada yang lain. Dia, Yang Kudus, menguduskan kita dengan kekudusan yang kita sendiri tidak bisa memberikan kepada diri kita. Kita dimasukkan dalam proses kosmik dan historik di mana seluruh alam semesta dibawa kepada Allah sampai Dia menjadi semua dalam semua. 

Hidup moral kita adalah: hidup searah dengan proses itu - membangun komunio. Ibadat Harian adalah sekolah menghayati Ekaristi - menyiapkan dan mewujudkan perayaan Ekaristi sepanjang hari. Tujuan kita dalam doa dan dalam semua tugas sama: belajar mempersembahkan diri kepada Allah dalam Kristus. Itulah ibadat dalam Roh dan kebenaran. Kristus berdoa melalui kita: kita berpartisipasi dalam imamat-Nya yang mempersembahkan seluruh umat manusia bersama Kristus kepada Bapa dan memohon belas kasihan-Nya bagi seluruh dunia. Doa harian memang adalah tugas, adalah karya imamat, permohonan dan pewartaan. Doa Pribadi kita adalah doa Gereja, doa Kristus. Itulah doa yang paling intim dan pribadi: kita mengambil bagian dalam doa-Nya sendiri melalui Roh-Nya yang berdiam di dalam hati kita. Kita menjadi satu Roh dengan Kristus yang berdoa melalui kita. Harapan Gereja Vatikan II adalah bahwa Ibadat Harian dapat sungguh-sungguh menyuburkan hidup rohani umat Allah. “Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu Imamat Kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah”. Agar umat kristiani menghayati kenyataannya sebagai “imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita ke luar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1Ptr 2:5,9).” Diharapkan bahwa ibadat harian dapat dirayakan dalam paroki dan keluarga, menjadi sarana doa pribadi bagi semua, sehingga seluruh hidup menjadi liturgi - pelayanan publik. Itulah tantangan untuk para imam dan religius pada milenium baru ini yang sudah disebut mengembalikan Doa Gereja kepada Umat Allah. 

Maka kami bertanya diri: apakah “menjadi akrab dengan doa ibadat” adalah istilah tepat? Akrab biasanya berarti suatu relasi yang enak dan sreg yang menyenangkan. Relasi akrab mungkin menghindari pembicaraan apa-apa yang bisa menyinggung, menyakiti. Maka mungkin bukan relasi dalam kebenaran yang mendalam. Akan tetapi kita sedang mencari relasi dengan Allah yang sangat menantang kita, tidak selalu enak dan menyenangkan.

------------

(Hak Cipta: Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Penyalin: Herman SSCG)